Parade Teater Alternatif 2011
Bukan sembarangan parade teater ini dikasih embel-embel alternatif , karna konsepnya memang bebas. Membebaskan setting, suasana, gerakan dan ruang atas dialog. Teater gak diadain di satu tempat, di suatu panggung dengan sorot cahaya lampu dan layar hitam. Lupakan !! Penonton harus pindah ke satu venue ke venue lain dengan sorot cahaya yang tak terduga. Ah, sangat out of the box, seperti yang selama ini selalu ditanamkan di tiap pelatihan selama aku jadi Beswan Djarum.
Penampilan pembuka langsung membakar semangat buat nonton. Yeah, pentas Biola Tanpa Kata persembahan Teater STKW bikin penonton sering kasih aplaus. Gabungan komedi di awal, gerakan pantomim, refleksi manusia perak, badut, aksi buka-bukaan baju dirangkum jadi satu, diakhiri dengan api yang menggelora dari piranti yang dibakar. Oh ya, efek suara biolanya bikin merinding juga.
Ini nih beberapa fotonya :
Pengen berkernyit dan sambil nyebut-nyebut nama Tuhan lantaran trenyuh lihat satu adegan, bisa banget didapet dari teater Sendtrsik Unesa yang punya judul Yang Terbunuh dan Yang Membunuh. Ada adegan mukulin, injek-injek, jambak, tendang, yang dilakukan beneran. Setting bawah pohon di warung pojok’an Cak Durasim, bikin cerita makin merinding dengan adegan bunuh diri yang beneran lompat dari atas pohon. Salut buat kretivitas teater ini, karna komposisi kata, musik dan pencahayaan yang kreatif. Cahaya warna-warninya, dan ukuran terangnya pakai cahaya lampu sepeda motor, Great!
Engg, karna adegan ini terlalu bikin saya terpukau sambil miris hati, gak ada hasil jepretan yang bagus.
Anak-anak SMA juga dikasih tempat lho dalam aksi teatrikal ini, nggak hanya bengkel teater mahasiswa aja. Mereka adalah Teater Roda Unisda yang membawakan judul “Si Kancil dan Si Anjing”. Judul ini menyindir masyarakat Indonesia yang miskin, dan digerogoti orang pintar tapi gak dilindungi hukum, karna penjaga hukumnya (si anjing) juga dibodohi si “pintar” dianalogikan si kancil.

Yang memukau lainnya, ada seniman Slamet Gaprax yang menyuguhkan visual yang apik. Kain merah pembalut diri, kolam pasir, dan empat anjing di pilar-pilar. Dalam tata cahaya yang keren, total suara di pementasan ini adalah anjing-anjing yang menggonggong. Diantara gonggongan anjing dan aplaus penonton teater diakhiri.
Keseluruhannya, teater ini adalah cerminan, sindiran sekaligus renungan tentang manusia dalam masyarakat serta lingkungannya berinteraksi. Biar bukan orang seni yang bisa memaknai macam-macam, teater ini asyik dengan klimaks yang unik. Jadi semua orang pun bisa memberi apresiasi.
(PuspitaPuz)
semua foto dalam postingan ini hasil jepretan sendiri. kalo komen boleh komen juga soal fotografi saya, he he






No comments: